BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Pengertian motivasi itu banyak
sekali, bahkan sudah umum orang mnyebutnya dengan “motif” untuk menunjukkan mengapa
seseorang itu berbuat sesuatu.
Mengingat kontribusi motivasi
terhadap hasil belajar cukup besar, para guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi
dan dapat memanfaatkannya menjadi penggerak kuat para siswa untuk meraih
prestasi yang diharapkan. Guru yang profesional harus menyadari bahwa dirinya
harus berperan sebagai motivator, yang bertugas memberikan inspirasi atau
dorongan supaya proses pembelajaran lebih menyenangkan. Ia harus menolong
siswanya supaya memiliki hasrat untuk belajar.
Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa “motivation
is a energy change whitin the person characterized by affective arrousal and
anticipatory goal reactions”.[3]
Hal ini juga dijelaskan kembali oleh Syaiful Bahri Djamarah, “Motivasi adalah
perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan”.[4]
Kathleen M. Cauley menegaskan bahwa “The
term motivation is used by educators to describe the procsesses of initiating”.[5]
Selain itu Nasution, yang dikutip oleh Ahmad Rohani Mengemukakan bahwa: “To motivate a child to arrange condition so
that the wants to do what he is capable doing”. Beberapa pendapat
tersebut juga diperkuat oleh Ngalim Purwanto bahwa: “Motivasi adalah pendorong,
suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu”.[6]
Dari beberapa pengertian di atas, motivasi dapat dikatakan sebagai suatu pemicu
untuk menggerakkan, mengarahkan seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu,
sehingga mencapai hasil yang diinginkan.
2.
Jenis Motivasi
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan
bahwa “Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.[7]
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Evelin Siregar dan Hartini Nara, bahwa
“Secara sederhana dikatakan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersal
dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar”.[8]
Motivasi dari dalam muncul apabila ada pemahaman anak tentang tujuan dari apa
yang akan dicapainya atau sebuah bentuk kesadaran yang timbul dari anak itu
sendiri. Bila seseorang memilki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari
luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan
dari motivasi intrinsik. Dalam bukunya Psikologi
Belajar, Syaiful Bahri Djamarah menegaskan bahwa “Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar”.[9]
Evelin Siregar juga mengembangkan bahwa “Motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang bersal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada
pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memilki daya dorong
motivasional”.[10]
Motivasi dari luar muncul apabila dari luar anak untuk melakukan apa yang
diinginkan oleh pemancing atau dalam hal ini yaitu seorang guru. Motivasi ini
biasanya tidak bertahan lama, bila umpan-umpan untuk memotivasi masih menarik,
maka kegiatan masih tetap berjalan. Anak didik belajar karena hendak mencapai
tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya, salah satunya misalnya
untuk mencapai nilai yang tinggi.
3.
Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Motivasi dalam belajar penting bagi
siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut.
1.
Menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2.
Menginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
3.
Mengarahkan
kegiatan belajar.
4.
Membesarkan semangat
belajar.
5.
Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah
istirahat atau bermain), yang bersinambungan, individu dilatih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.[11]
Motivasi belajar juga penting
diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar
pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
1. Membangkitkan,
meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil;
membangkitkan, bila siswa tidak bersemangat; meningkatkan, bila semangat
belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk
mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu
semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
2. Mengetahui
dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak
acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang
bersemangat untuk belajar. Di antara yang bersemangat belajar, ada yang tidak
berhasil dan berhasil. Dengan bermacamragamnya motivasi belajar tersebut, maka
guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi mengajar belajar.
3. Meningkatkan
dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti
sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai
dengan perilaku siswa.
4. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja”
rekayasa pedagodis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai
berhasil.[12]
Motivasi memegang peran yang
sangat penting, tidak hanya bagi siswa dalam hal meningkatkan prestasi belajar
dan mencapai tujuan yang diinginkan, tetapi juga penting bagi guru untuk dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran seorang guru.
4.
Fungsi Motivasi
Motif mempunyai peranan yang cukup
besar di dalam upaya belajar. Tanpa motif hampir tidak mungkin siswa melakukan
kegiatan belajar. Seorang siswa akan giat belajar karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan mendorong untuk menunjukkan hasil
yang baik pula. Dengan kata lain, bahwa dengan usaha yang tekun dan terutama di
dasari adanya motivasi, maka seseorang yang giat belajar itu akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Adapun fungsi motivasi adalah
sebagai berikut:
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “Motivasi
yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya
anak didik ambil dalam rangka belajar”.[13]
Sikap itu misalnya seperti sikap untuk mencari tahu, yang akan mendorong anak
didik untuk belajar. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Oemar Hamalik memberi penjelasan
bahwa, “Motivasi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan”.[14]
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Dalam bukunya Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Oemar Hamalik
kembali menjelaskan bahwa “Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya
mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan”.[15]
Motivasi sebagai pengarah perbuatan yaitu menuntun arah perbuatan ke arah
tujuan yang ingin dicapai.
Secara umum Evelin Siregar dan
Hartini Nara mengatakan bahwa :
Terdapat dua peranan penting
motivasi dalam belajar, pertama, motivasi
merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting
dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa
yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar.[16]
Jadi,
fungsi motivasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai pendorong,
penggerak, dan pengarah perbuatan/sikap yang akan diambil seorang siswa dalam
hal belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5.
Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Beberapa bentuk motivasi yang dapat
dikembangkan dalam kaitannya dengan upaya guru dalam memberi motivasi siswa MI,
walaupun sederhana namun sesuai dengan dunia anak MI diantaranya:
a. Angka
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Angka
dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak
didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik biasanya bervariasi,
sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru”.[17]
b. Reward
Siswa MI sangat senang apabila usaha
belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana.
Oleh karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan
penghargaan, selama dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat.
Penghargaan itu sendiri dapat dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka
pengkondisian siswa menjadi senang belajar. Tujuan reward ini antara
lain:
1) Mendorong
siswa agar lebih giat belajar.
2) Memberi
apresiasi atas usaha mereka.
3) Menumbuhkan
persaingan yang sehat antar siswa untuk meningkatkan prestasi.[18]
Penghargaan
atau reward ini terdiri atas beberapa macam, yaitu:
1) Penghargaan berupa ucapan.
Seperti yang dijelaskan oleh Syaiful
Bahri Djamarah, bahwa “Penghargaan berupa ucapan atau pujian yang diucapkan
pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian diberikan
sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali
dengan hasil kerja anak didik”.[19]
Deni Kurniawan As’ari juga menjelaskan bahwa:
Pemberian penghargaan ini dapat
dilakukan dengan direncanakan terlebih daluhu atau bersifat spontan saja. Yang
terpenting bahwa setiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka layak
dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpatisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, seperti kata-kata YES! (sambil mengancungkan jempol tangan), thank you very Much (kedua tangan
diacungkan ke atas), hebat! (sambil memberi tepuk tangan).[20]
2)
Penghargaan
berupa tulisan.
Hal ini dapat dilakukan setiap hari,
ketika siswa mengerjakan tugas atau PR. Deni Kurniawan As’ari menerangkan,
bahwa “Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan
atau tugas siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil
mendapat nilai bagus (80-100). Kalimat pujian tersebut diantaranya “
Alhamdulillah, kamu anak pintar “, “ pacu terus prestasimu“.[21]
3)
Penghargaan
berupa barang atau benda.
Berbagai benda sebenarnya dapat
dijadikan alat penghargaan, baik benda yang sudah ada maupun yang telah
dimodifikasi atau disiapkan. Seperti contoh yang diberikan Deni Kurniawan
As’ari, “Misalnya dapat berupa kalung medali pelajaran, terbuat dari gabus yang
menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali warna dan diberikan kepada siswa
setiap selesai ulangan harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam
ulangan harian berhak menerima medali”.[22]
Hal ini juga dijelaskan oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa “Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa
dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang
berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik lainnya”.[23]
4)
Penghargaan
khusus
Deni Kurniawan As’ari kembali mnerangkan, bahwa “Penghargaan khusus ini sifatnya spontan dan
insidental, di mana siswa yang berhasil menjawab dengan tepat pertanyaan dari
guru dimungkinkan untuk istirahat atau pulang terlebih dahulu”.[24]
c. Sanksi
Pemberian sanksi ini seperti yang diterangkan oleh
Deni Kurniawan As’ari, bahwa “Dalam sebuah proses pembelajaran perlu ada macam aturan main
(rule of the game). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, termasuk perlu adanya sanksi yang disepakati bersama antara guru
dengan siswa. Tetapi diupayakan dalam pemberian saknsi ini betul-betul bersifat
pedagogis (mendidik)”.[25]
d. Pemberian yel-yel
Deni Kurniawan As’ari berpendapat,
bahwa “Berbagai
variasi yel dapat diciptakan oleh guru, dengan mengubah lagu tertentu yang
sudah dihapal siswa serta menggunakan kepalan tangan, suara yang bersemangat,
mimik muka serta kekompakan siswa dalam pengucapannya”.[26]
Yel-yel biasanya dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak
siswanya untuk bersama-sama mengucapka beberapa yel-yel yang telah diajarkan
kepada siswanya.
B.
Upaya-upaya Guru dalam Memberi Motivasi Belajar
Siswa
Perlu disadari bahwa pembelajaran
merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Selayaknya siswa diberi kesempatan yang
memadai untuk ikut ambil bagian dan diperlakukan secara tepat dalam sebuah
proses pembelajaran.
Usaha
guru dalam memberi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menggerakkan atau memacu para siswanya
agar timbul keinginan untuk meningkatkan belajar matematika.
Dalam upayanya memberi motivasi
belajar siswa, guru diharapkan mampu menggairahkan anak didik dalam belajar,
guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghargai
hasil pekerjaan siswa, serta teknik mengajar yang digunakan guru harus menarik.
Berkaitan dengan anak MI, dunia anak MI masih merupakan dunia bermain, tetapi
sering kali guru melupakan hal ini. Deni Kurniawan As’ari mengatakan, “Semestinya setiap guru dalam setiap
proses pembelajarannya menciptakan suasana yang menyenangkan (fun),
menggairahkan (horee), dinamis (mobile), penuh semangat (ekpresif)
dan penuh tantangan (chalenge)”.[27]
Sardiman A. M
merincikan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah yaitu memberikan angka (nilai), memberikan hadiah, menciptakan
persaingan atau kompetisi, ego-imvolvement, memberikan ulangan, menetahui
hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, serta tujuan yang diakui.[28]
1.
Memberikan angka
Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang
sangat kuat. Pemberian angka kepada anak didik
diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih
ditingkatkan lagi.
2.
Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Hadiah ini akan
dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan
diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa. Hadiah dapat
diberikan kepada anak didik yang mendapat nilai tinggi, ranking satu, dua, atau
tiga dari anak didik lainnya.
3.
Saingan/kompetisi
Persaingan, baik persaingan individu maupun persaingan kelompok
dapat meningkatkan presatasi belajar siswa. Guru berusaha mengadakan persaingan
di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Ego-imvolvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan mnerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu
juga untuk siswa si subjek belajar.
5.
Memberikan ulangan
Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Oleh karena itu , memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Dalam hal ini guru
harus terbuka, jika akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Ulangan
dapat bermanfaat untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang
diberikan di kelas.
6.
Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu
siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada
setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang
dilakukannya. Dengan
mengetahui hasil pekerjaan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
7.
Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motvasi yang baik. Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak
didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu.
8.
Hukuman
Hukuman
sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. Hukuman
yang diberikan haruslah bersifat mendidik dengan tujuan memperbaiki sikap dan
perbuatan anak didik yang dianggap salah.
9.
Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik.
10.
Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu
secara konsisten dengan rasa senang.
11.
Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat
motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai,
maka akan timbul gairah untuk terus belajar, terutama pada mata pelajaran
matematika.
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. menjelaskan beberapa upaya yang
dapat dialakukan guru untuk membangkitakan motivasi belajar para siswa yaitu:
Pertama, menggunakan
cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Kedua, memilih
bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Ketiga, memberikan
sasaran antara. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara,
seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya. Keempat,
memberikan kesempatan untuk sukses. Agar siswa yang kurang pandai bisa
dapat menguasai/memecahkan soal, maka berikan bahan/soal yang sesuai dengan
kemampuannya. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Keenam,
adakan persaingan sehat.[29]
Dari beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberi motivasi belajar matematika guru
dapat melakukan tindakan berupa mengarahkan peserta didik,
mengaktifkan/meningkatkan kegiatan, serta memberikan bantuan dan dukungan.
Mengarahkan
peserta didik meliputi menjelaskan
manfaat dan tujuan dari mata pelajaran yang dipelajari, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh sukses. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperlihatkan kemajuan hasil belajar siswa. Mengaktifkan/meningkatkan kegiatan
meliputi mengaitkan
pelajaran pada materi pelajaran yang lalu, menggunakan
media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, membuka
pelajaran dengan apersepsi yang menarik, menggunakan
metode pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan tertarik, memberikan
soal latihan, tugas, dan pekerjaan rumah, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan
kesempatan siswa menyampaikan hasil pekerjaannya. Memberikan bantuan dan dukungan meliputi
membimbing siswa dalam membahas soal
latihan, tugas, dan pekerjaan rumah, memberikan
bimbingan dan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami materi, mengoreksi
hasil pekerjaan siswa dan memberikan nilai, memberikan
nilai plus bagi siswa yang mengerjakan soal di depan kelas, memberikan
pujian atau hadiah, memberikan
penguatan, memberikan
teguran atau sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan soal latihan, tugas,
maupun pekerjaan rumah.
Dalam usaha
membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya mengandalakan kesadaran dari
siswa itu sendiri, melainkan juga dari usaha seorang guru yang memiliki
keinginan yang kuat untuk membangkitkan motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa
dalam belajar sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan
komponen penting dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran matematika,
motivasi berperan penting sebagai daya penggerak siswa untuk belajar. Siswa
yang memiliki motivasi belajar matematika akan terus rajin belajar, penuh
semangat, tidak cepat bosan, dan selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin.
Siswa yang mampu mengembangkan motivasinya dan mampu mengerahkan segala daya
dan upaya untuk menguasai mata pelajaran matematika, nisacaya ia akan
memperoleh prestasi yang memuaskan dalam pelajaran matematika. oleh karena itu,
menjadi kewajiban para guru untuk melakukan usaha yang dapat menumbuhkan
motivasi siswa.
C.
Pembelajaran Matematika di MI
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan
siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sukar dipahami, akan
tetapi mereka tidak dapat menghindarinya karena matematika diperlukan dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai bahan objek yang
kajiannya berupa fakta, konsep, operasi, relasi, dan prinsip yang abstrak
tetapi harus dipelajari sejak anak-anak.
Belajar
matematika merupakan suatu bentuk pembelajaran menggunakan bahasa simbol dan
membutuhkan penalaran serta pemikiran yang logis dalam pembuktiannya. Menurut
Nurhadi yang dikutip oleh Indien mengatakan bahwa “Belajar matematika berarti belajar
ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berarti belajar bernalar. Jadi belajar
matematika berarti berhubungan dengan penalaran”.[30]
Belajar matematika adalah belajar mengenai konsep struktur dan sistem yang
mencakup pola hubungan maupun bentuk yang berkenanaan dengan ide atau gagasan
yang hubungannnya diatur secara logis. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bruner yang
yang dikutip oleh Indien menyatakan bahwa, “Belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi
yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur
matematika itu. Dan yang paling penting dalam pembelajaran matematika adalah
penalaran”.[31]
Pembelajaran
adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa berupa
interaksi edukatif, penanaman sikap dan nilai pada diri siswa, dimana siswa
terlibat secara optimal, sedangkan guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
penilai. Pembelajaran matematika MI ialah suatu proses interaksi edukatif
antara guru dan siswa dengan menggunakan bahasa simbol dan membutuhkan penalaran serta
pemikiran yang logik dalam pembuktiannya dalam bentuk yang lebih sederhana
(matematika awal).
Derektorat
Tenaga kependidikan merumuskan, “Fungsi matematika sebagai alat, pola pikir,
dan ilmu atau pengetahuan”.[32] Matematika berfungsi mengembangkan
kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga berfungsi
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau
tabel. Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk
memiliki:
1. Kemampuan yang berkaitan dengan
matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran
lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika
sebagai alat komunikasi.
3. Kemampuan menggunakan matematika
sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti
berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif,
bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu
masalah.[33]
Jadi pembelajaran matematika sangatlah penting bagi siswa mengingat
matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan juga sangatlah penting
mempelajarinya sejak anak-anak, seperti anak-anak MI.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Upaya Guru dalam Memberi Motivasi Belajar Siswa
Upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga
turut menentukan tinggi rendahnya motivasi seorang siswa dalam belajar.
Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Kemampuan Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang
mempunyai tugas utama yaitu membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik.
Secara terperinci menurut Slameto tugas guru berpusat pada:
a. Mendidik
dengan menitikberatkan kepada pemberian arah dan motivasi pencapaian tujuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Memberi
fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman mengajar yang memadai.
c. Membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap-sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian
diri. Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya terbatas sebagai penyampai
ilmu pengetahuan saja akan tetapi dari itu, ia bertanggung jawab akan
keseluruhan perkembangan kepribadian siswa, ia harus mampu menciptakan proses
belajar mengajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk
belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan
tujuan.[34]
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,
“Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif
dan selalu mencoba dan mencoba menerangkan berbagai penemuan baru yang dianggap
lebih baik untuk membelajarkan siswa. Bahkan lebih jauh, kemampuan guru
dituntut bukan hanya dalam tatanan desain perencanaan pembelajaran, akan tetapi
juga dalam proses dan evaluasi pembelajaran”.[35]
Untuk itu guru harus terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam
membelajarkan siswa.
2. Sikap Profesional Guru
Menurut Syaiful Bahri Djamarah:
Sikap
profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan
tugas mengajarnya. Guru yang profesional bukanlah mengajar apa adanya dengan
pola DDCH (duduk, dengar, catat, dan hapal), tetapi ia berusaha membelajarkan
siswa dengan segala keaktifannya. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya
untuk mencapai hasil yang optimal.[36]
Pendapat H.M.
Arifin yang dikutip dalam situs resmi Fakultas Tarbiyah IAIN
Antasari Banjarmasin, menegaskan bahwa:
Pendidik yang profesional adalah
pendidik yang mampu memanifestasikan seperangkat fungsi dan tugas keguruan
dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan
kekaryaannya itu secara ilmiah. Di samping itu, mampu menekuni profesinya
selama hidupnya, yaitu pendidik yang memiliki kompetensi keguruan berkat
pendidikan dan latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu.
Tidak hanya itu, pendidik yang profesional adalah pendidik yang memiliki
kecakapan dalam manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif
dan efisien.[37]
3. Latar Belakang Pendidikan Guru
Syaiful Bahri Djamarah kembali
menjelaskan bahwa, “Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kualitas
guru. Tinggi atau rendahnya latar belakang pendidikan guru berbanding lurus
dengan tingkat kualitas guru. Semakin tinggi pendidikan guru semakin luas dan
dalam ilmu pengetahuan guru”.[38]
4. Pengalaman Guru dalam Mengajar
Syaiful Bahri Djamarah
mengatakan:
Guru
yang hanya mengajar satu tahun akan berbeda kualitasnya dengan guru yang telah
mengajar selama lima tahun. Meskipun sama latar belakang guru, misalnya FKIP
(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) atau Fakultas Tarbiyah, tetapi dengan
pengalaman mengajar yang berbeda, maka akan berbeda pula kemampuan guru
tersebut.[39]
5. Pelatihan Keguruan yang Diikuti
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah, “Pendidikan dan pelatihan diakui
memberikan pengaruh terhadap proses belajar siswa. Pendidikan dan pelatihan
yang terkait langsung dengan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik
memberikan landasan yang baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran”.[40]
6. Faktor Sarana
Sarana yaitu segala sesuatu yang
dipergunakan dalam usaha menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Suryo Subroto
menjelaskan “Proses belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan lancar
jika ditunjang dengan sarana yang memadai baik jumlah, keadaan, maupun
kelengkapannya”.[41]
Sarana ikut menentukan terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dalam hal ini dapat
dibedakan menjadi sarana sekolah dan sarana siswa. Sarana sekolah dapat berupa
keberadaan buku-buku yang berhubungan dengan mata pelajaran matematika.
Sedangkan sarana siswa dapat berupa keberadaan buku wajib dan buku tambahan
pelajaran matematika baik yang diperoleh dengan cara membeli atau meminjam dari
orang lain. Kelengkapan
sarana yang dimiliki sekolah maupun siswa itu sendiri akan menambah pengetahuan
serta memberi pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, sekaligus
terhadap prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika.
7. Faktor Alokasi Waktu
M. Ali menegaskan bahwa pengaturan
waktu haruslah diatur sebaik-baiknya dan dirancang secara cermat dengan
memperhitungkan berapa banyak tujuan yang dicapai, berapa lama masing-masing
tujuan diperkirakan dapat dicapai dalam proses pembelajaran, berapa lama
kegiatan evaluasi membutuhkan waktu, berapa lama waktu yang tersedia digunakan
untuk seluruh kegiatan yang direncanakan.[42] Dengan
demikian dalam pembelajaran alokasi waktu harus diatur sebaik-baiknya agar
mampu mencapai tujuan pembelajaran.
[4]Sardiman A. M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2006), h. 73
[6]M. Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998),
h. 71
[18]
Deni Kurniawan As’ari, “inovasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa “, http://penadeni.com/2012/10/5, h. 4
[20]Deni Kurniawan As’ari, op. cit., h. 5
[21]Ibid.
[22]Ibid.
[30]Indien,“PengertianPembelajaranMatematika”,http://007indien.blogspot.com/2012/03/pengertian-belajar-matematika.html. diunduh
18/10/2012, h. 2
[32] Ditjen PMPTK, Strategi Pembelajaran MIPA, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. 2008), h. 11.
[34]Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta. 1995), h. 97
[37]Situs Resmi Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari
Banjarmasin, “Profesionalisme Guru”, http://tarbiyah-iainantasari.ac.id/artikel_detail.cfm?judul=146. Diunduh 15/12/2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar