Senin, 15 April 2013


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Motivasi Belajar
1.      Pengertian Motivasi Belajar
            Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Pengertian motivasi itu banyak sekali, bahkan sudah umum orang mnyebutnya dengan “motif” untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.
            Mengingat kontribusi motivasi terhadap hasil belajar cukup besar, para guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi dan dapat memanfaatkannya menjadi penggerak kuat para siswa untuk meraih prestasi yang diharapkan. Guru yang profesional harus menyadari bahwa dirinya harus berperan sebagai motivator, yang bertugas memberikan inspirasi atau dorongan supaya proses pembelajaran lebih menyenangkan. Ia harus menolong siswanya supaya memiliki hasrat untuk belajar.
            Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa “motivation is a energy change whitin the person characterized by affective arrousal and anticipatory goal reactions”.[3] Hal ini juga dijelaskan kembali oleh Syaiful Bahri Djamarah, “Motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.[4] Kathleen M. Cauley menegaskan bahwa “The term motivation is used by educators to describe the procsesses of initiating”.[5] Selain itu Nasution, yang dikutip oleh Ahmad Rohani Mengemukakan bahwa: “To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing”. Beberapa pendapat tersebut juga diperkuat oleh Ngalim Purwanto bahwa: “Motivasi adalah pendorong, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”.[6] Dari beberapa pengertian di atas, motivasi dapat dikatakan sebagai suatu pemicu untuk menggerakkan, mengarahkan seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil yang diinginkan.

2.      Jenis Motivasi
            Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.       Motivasi Intrinsik
            Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa “Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.[7] Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Evelin Siregar dan Hartini Nara, bahwa “Secara sederhana dikatakan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar”.[8] Motivasi dari dalam muncul apabila ada pemahaman anak tentang tujuan dari apa yang akan dicapainya atau sebuah bentuk kesadaran yang timbul dari anak itu sendiri. Bila seseorang memilki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b.      Motivasi Ekstrinsik
            Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Dalam bukunya Psikologi Belajar, Syaiful Bahri Djamarah menegaskan bahwa “Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar”.[9] Evelin Siregar juga mengembangkan bahwa “Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memilki daya dorong motivasional”.[10] Motivasi dari luar muncul apabila dari luar anak untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pemancing atau dalam hal ini yaitu seorang guru. Motivasi ini biasanya tidak bertahan lama, bila umpan-umpan untuk memotivasi masih menarik, maka kegiatan masih tetap berjalan. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya, salah satunya misalnya untuk mencapai nilai yang tinggi.
3.      Pentingnya Motivasi dalam Belajar
            Motivasi dalam belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut.
1.      Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2.      Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
3.      Mengarahkan kegiatan belajar.
4.      Membesarkan semangat belajar.
5.      Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain), yang bersinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.[11]

            Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
1.      Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tidak bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
2.      Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang bersemangat untuk belajar. Di antara yang bersemangat belajar, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacamragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi mengajar belajar.
3.      Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.
4.       Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagodis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil.[12]

Motivasi memegang peran yang sangat penting, tidak hanya bagi siswa dalam hal meningkatkan prestasi belajar dan mencapai tujuan yang diinginkan, tetapi juga penting bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran seorang guru.

4.      Fungsi Motivasi
            Motif mempunyai peranan yang cukup besar di dalam upaya belajar. Tanpa motif hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa akan giat belajar karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan mendorong untuk menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain, bahwa dengan usaha yang tekun dan terutama di dasari adanya motivasi, maka seseorang yang giat belajar itu akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
            Adapun fungsi motivasi adalah sebagai berikut:
a.       Motivasi sebagai pendorong perbuatan
            Menurut Syaiful Bahri Djamarah “Motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar”.[13] Sikap itu misalnya seperti sikap untuk mencari tahu, yang akan mendorong anak didik untuk belajar. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


b.      Motivasi sebagai penggerak perbuatan
            Oemar Hamalik memberi penjelasan bahwa, “Motivasi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan”.[14]
c.       Motivasi sebagai pengarah perbuatan
            Dalam bukunya Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Oemar Hamalik kembali menjelaskan bahwa “Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan”.[15] Motivasi sebagai pengarah perbuatan yaitu menuntun arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin dicapai.
            Secara umum Evelin Siregar dan Hartini Nara mengatakan bahwa :
            Terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.[16]

Jadi, fungsi motivasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah perbuatan/sikap yang akan diambil seorang siswa dalam hal belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.



5.      Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
            Beberapa bentuk motivasi yang dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan upaya guru dalam memberi motivasi siswa MI, walaupun sederhana namun sesuai dengan dunia anak MI diantaranya:
a.       Angka
            Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik biasanya bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru”.[17]
b.      Reward
            Siswa MI sangat senang apabila usaha belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana. Oleh karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan penghargaan, selama dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat. Penghargaan itu sendiri dapat dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka pengkondisian siswa menjadi senang belajar. Tujuan reward ini antara lain:
1)      Mendorong siswa agar lebih giat belajar.
2)      Memberi apresiasi atas usaha mereka.
3)      Menumbuhkan persaingan yang sehat antar siswa untuk meningkatkan prestasi.[18]
            Penghargaan atau reward ini terdiri atas beberapa macam, yaitu:

1)      Penghargaan berupa ucapan.
Seperti yang dijelaskan oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa “Penghargaan berupa ucapan atau pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik.[19] Deni Kurniawan As’ari juga menjelaskan bahwa:
Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih daluhu atau bersifat spontan saja. Yang terpenting bahwa setiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka layak dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran, seperti kata-kata YES! (sambil mengancungkan jempol tangan), thank you very Much (kedua tangan diacungkan ke atas), hebat! (sambil memberi tepuk tangan).[20]

2)      Penghargaan berupa tulisan.
Hal ini dapat dilakukan setiap hari, ketika siswa mengerjakan tugas atau PR. Deni Kurniawan As’ari menerangkan, bahwa “Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil mendapat nilai bagus (80-100). Kalimat pujian tersebut diantaranya “ Alhamdulillah, kamu anak pintar “, “ pacu terus prestasimu“.[21]
3)      Penghargaan berupa barang atau benda.
Berbagai benda sebenarnya dapat dijadikan alat penghargaan, baik benda yang sudah ada maupun yang telah dimodifikasi atau disiapkan. Seperti contoh yang diberikan Deni Kurniawan As’ari, “Misalnya dapat berupa kalung medali pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali warna dan diberikan kepada siswa setiap selesai ulangan harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan harian berhak menerima medali”.[22] Hal ini juga dijelaskan oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa “Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik lainnya.[23]
4)      Penghargaan khusus
Deni Kurniawan As’ari kembali mnerangkan, bahwa “Penghargaan khusus ini sifatnya spontan dan insidental, di mana siswa yang berhasil menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru dimungkinkan untuk istirahat atau pulang terlebih dahulu”.[24]
c.       Sanksi
            Pemberian sanksi ini seperti yang diterangkan oleh Deni Kurniawan As’ari, bahwa “Dalam sebuah proses pembelajaran perlu ada macam aturan main (rule of the game). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, termasuk perlu adanya sanksi yang disepakati bersama antara guru dengan siswa. Tetapi diupayakan dalam pemberian saknsi ini betul-betul bersifat pedagogis (mendidik).[25]
d.      Pemberian yel-yel
            Deni Kurniawan As’ari berpendapat, bahwa “Berbagai variasi yel dapat diciptakan oleh guru, dengan mengubah lagu tertentu yang sudah dihapal siswa serta menggunakan kepalan tangan, suara yang bersemangat, mimik muka serta kekompakan siswa dalam pengucapannya”.[26] Yel-yel biasanya dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswanya untuk bersama-sama mengucapka beberapa yel-yel yang telah diajarkan kepada siswanya.

B.     Upaya-upaya Guru dalam Memberi Motivasi Belajar Siswa
            Perlu disadari bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Selayaknya siswa diberi kesempatan yang memadai untuk ikut ambil bagian dan diperlakukan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran.
            Usaha guru dalam memberi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan untuk meningkatkan belajar matematika.
Dalam upayanya memberi motivasi belajar siswa, guru diharapkan mampu menggairahkan anak didik dalam belajar, guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghargai hasil pekerjaan siswa, serta teknik mengajar yang digunakan guru harus menarik. Berkaitan dengan anak MI, dunia anak MI masih merupakan dunia bermain, tetapi sering kali guru melupakan hal ini. Deni Kurniawan As’ari mengatakan, “Semestinya setiap guru dalam setiap proses pembelajarannya menciptakan suasana yang menyenangkan (fun), menggairahkan (horee), dinamis (mobile), penuh semangat (ekpresif) dan penuh tantangan (chalenge)”.[27]
            Sardiman A. M merincikan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan  motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah yaitu memberikan angka (nilai), memberikan hadiah, menciptakan persaingan atau kompetisi, ego-imvolvement, memberikan ulangan, menetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, serta tujuan yang diakui.[28] 
1.      Memberikan angka
Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Pemberian angka kepada  anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
2.      Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang mendapat nilai tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik lainnya.
3.      Saingan/kompetisi
Persaingan, baik persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan presatasi belajar siswa. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.      Ego-imvolvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan mnerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar.
5.      Memberikan ulangan
Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu , memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Dalam hal ini guru harus terbuka, jika akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Ulangan dapat bermanfaat untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang diberikan di kelas. 
6.      Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya. Dengan mengetahui hasil pekerjaan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
7.      Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motvasi yang baik. Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu.


8.      Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. Hukuman yang diberikan haruslah bersifat mendidik dengan tujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah.
9.      Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik.
10.  Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
11.  Tujuan yang diakui 
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar, terutama pada mata pelajaran matematika.
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. menjelaskan beberapa upaya yang dapat dialakukan guru untuk membangkitakan motivasi belajar para siswa yaitu:
Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Ketiga, memberikan sasaran antara. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara, seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Agar siswa yang kurang pandai bisa dapat menguasai/memecahkan soal, maka berikan bahan/soal yang sesuai dengan kemampuannya. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Keenam, adakan persaingan sehat.[29] 

 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberi motivasi belajar matematika guru dapat melakukan tindakan berupa mengarahkan peserta didik, mengaktifkan/meningkatkan kegiatan, serta memberikan bantuan dan dukungan.
Mengarahkan peserta didik meliputi menjelaskan manfaat dan tujuan dari mata pelajaran yang dipelajari, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh sukses. Hal ini dapat dilakukan dengan memperlihatkan kemajuan hasil belajar siswa. Mengaktifkan/meningkatkan kegiatan meliputi mengaitkan pelajaran pada materi pelajaran yang lalu, menggunakan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, membuka pelajaran dengan apersepsi yang menarik, menggunakan metode pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan tertarik, memberikan soal latihan, tugas, dan pekerjaan rumah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan kesempatan siswa menyampaikan hasil pekerjaannya. Memberikan bantuan dan dukungan meliputi membimbing siswa dalam membahas soal latihan, tugas, dan pekerjaan rumah, memberikan bimbingan dan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami materi, mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan memberikan nilai, memberikan nilai plus bagi siswa yang mengerjakan soal di depan kelas, memberikan pujian atau hadiah, memberikan penguatan, memberikan teguran atau sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan soal latihan, tugas, maupun pekerjaan rumah.
Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya mengandalakan kesadaran dari siswa itu sendiri, melainkan juga dari usaha seorang guru yang memiliki keinginan yang kuat untuk membangkitkan motivasi  belajar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran matematika, motivasi berperan penting sebagai daya penggerak siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar matematika akan terus rajin belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan, dan selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin. Siswa yang mampu mengembangkan motivasinya dan mampu mengerahkan segala daya dan upaya untuk menguasai mata pelajaran matematika, nisacaya ia akan memperoleh prestasi yang memuaskan dalam pelajaran matematika. oleh karena itu, menjadi kewajiban para guru untuk melakukan usaha yang dapat menumbuhkan motivasi siswa.

C.    Pembelajaran Matematika di MI
            Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sukar dipahami, akan tetapi mereka tidak dapat menghindarinya karena matematika diperlukan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai bahan objek yang kajiannya berupa fakta, konsep, operasi, relasi, dan prinsip yang abstrak tetapi harus dipelajari sejak anak-anak.
            Belajar matematika merupakan suatu bentuk pembelajaran menggunakan bahasa simbol dan membutuhkan penalaran serta pemikiran yang logis dalam pembuktiannya. Menurut Nurhadi yang dikutip oleh Indien mengatakan bahwa “Belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berarti belajar bernalar. Jadi belajar matematika berarti berhubungan dengan penalaran”.[30] Belajar matematika adalah belajar mengenai konsep struktur dan sistem yang mencakup pola hubungan maupun bentuk yang berkenanaan dengan ide atau gagasan yang hubungannnya diatur secara logis. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bruner yang yang dikutip oleh Indien menyatakan bahwa, “Belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika itu. Dan yang paling penting dalam pembelajaran matematika adalah penalaran”.[31]
Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa berupa interaksi edukatif, penanaman sikap dan nilai pada diri siswa, dimana siswa terlibat secara optimal, sedangkan guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai. Pembelajaran matematika MI ialah suatu proses interaksi edukatif antara guru dan siswa dengan menggunakan bahasa simbol dan membutuhkan penalaran serta pemikiran yang logik dalam pembuktiannya dalam bentuk yang lebih sederhana (matematika awal).
            Derektorat Tenaga kependidikan merumuskan, “Fungsi matematika sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan”.[32] Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki:
1.      Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2.      Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
3.      Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.[33]

Jadi pembelajaran matematika sangatlah penting bagi siswa mengingat matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan juga sangatlah penting mempelajarinya sejak anak-anak, seperti anak-anak MI.


D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upaya Guru dalam Memberi Motivasi Belajar Siswa

            Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga turut menentukan tinggi rendahnya motivasi seorang siswa dalam belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Kemampuan Guru
            Guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas utama yaitu membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik. Secara terperinci menurut Slameto tugas guru berpusat pada:
a.       Mendidik dengan menitikberatkan kepada pemberian arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b.      Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman mengajar yang memadai.
c.       Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap-sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan saja akan tetapi dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa, ia harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.[34]

            Syaiful Bahri Djamarah mengatakan, “Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif dan selalu mencoba dan mencoba menerangkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa. Bahkan lebih jauh, kemampuan guru dituntut bukan hanya dalam tatanan desain perencanaan pembelajaran, akan tetapi juga dalam proses dan evaluasi pembelajaran”.[35] Untuk itu guru harus terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam membelajarkan siswa.
2.      Sikap Profesional Guru
            Menurut Syaiful Bahri Djamarah:
Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesional bukanlah mengajar apa adanya dengan pola DDCH (duduk, dengar, catat, dan hapal), tetapi ia berusaha membelajarkan siswa dengan segala keaktifannya. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mencapai hasil yang optimal.[36]

Pendapat H.M. Arifin yang dikutip dalam situs resmi Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin,  menegaskan bahwa:
Pendidik yang profesional adalah pendidik yang mampu memanifestasikan seperangkat fungsi dan tugas keguruan dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiah. Di samping itu, mampu menekuni profesinya selama hidupnya, yaitu pendidik yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan dan latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu. Tidak hanya itu, pendidik yang profesional adalah pendidik yang memiliki kecakapan dalam manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan efisien.[37]


3.      Latar Belakang Pendidikan Guru
            Syaiful Bahri Djamarah kembali menjelaskan bahwa, “Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kualitas guru. Tinggi atau rendahnya latar belakang pendidikan guru berbanding lurus dengan tingkat kualitas guru. Semakin tinggi pendidikan guru semakin luas dan dalam ilmu pengetahuan guru”.[38]
4.      Pengalaman Guru dalam Mengajar
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan:
Guru yang hanya mengajar satu tahun akan berbeda kualitasnya dengan guru yang telah mengajar selama lima tahun. Meskipun sama latar belakang guru, misalnya FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) atau Fakultas Tarbiyah, tetapi dengan pengalaman mengajar yang berbeda, maka akan berbeda pula kemampuan guru tersebut.[39]
5.      Pelatihan Keguruan yang Diikuti
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Pendidikan dan pelatihan diakui memberikan pengaruh terhadap proses belajar siswa. Pendidikan dan pelatihan yang terkait langsung dengan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik memberikan landasan yang baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.[40]
6.      Faktor Sarana
            Sarana yaitu segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Suryo Subroto menjelaskan “Proses belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan lancar jika ditunjang dengan sarana yang memadai baik jumlah, keadaan, maupun kelengkapannya”.[41] Sarana ikut menentukan terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dalam hal ini dapat dibedakan menjadi sarana sekolah dan sarana siswa. Sarana sekolah dapat berupa keberadaan buku-buku yang berhubungan dengan mata pelajaran matematika. Sedangkan sarana siswa dapat berupa keberadaan buku wajib dan buku tambahan pelajaran matematika baik yang diperoleh dengan cara membeli atau meminjam dari orang lain. Kelengkapan sarana yang dimiliki sekolah maupun siswa itu sendiri akan menambah pengetahuan serta memberi pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, sekaligus terhadap prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika.
7.      Faktor Alokasi Waktu
            M. Ali menegaskan bahwa pengaturan waktu haruslah diatur sebaik-baiknya dan dirancang secara cermat dengan memperhitungkan berapa banyak tujuan yang dicapai, berapa lama masing-masing tujuan diperkirakan dapat dicapai dalam proses pembelajaran, berapa lama kegiatan evaluasi membutuhkan waktu, berapa lama waktu yang tersedia digunakan untuk seluruh kegiatan yang direncanakan.[42] Dengan demikian dalam pembelajaran alokasi waktu harus diatur sebaik-baiknya agar mampu mencapai tujuan pembelajaran.

               


                [3]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2002), h. 148
[4]Sardiman A. M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006), h. 73
                [5]Kathleen M. Cauley, dkk., Education Psychology, (New York: Mc Graw-Hill, 2004), h. 141
[6]M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), h. 71
                [7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit. h. 149
                [8]Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2011), h. 50
                [9]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit., h. 151
                [10]Evelin Siregar, loc. cit
                [11]Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 85
                [12]Ibid. h. 85-86
                [13]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit., h. 157
                [14]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara. 2005), h. 161
                [15]Ibid.
                [16] Evelin Siregar dan Hartini Nara, op. cit., h. 51
                [17] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit., h. 159
                [18] Deni Kurniawan As’ari, “inovasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa “, http://penadeni.com/2012/10/5, h. 4
                [19]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit., h. 164
[20]Deni Kurniawan As’ari, op. cit., h. 5
[21]Ibid.
[22]Ibid.
                [23] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit., h. 16
[24]Deni Kurniawan As’ari, loc. cit.
                [25]Ibid.
                [26] Ibid. h. 3
                [27]Ibid. h. 2
[28]Sardiman A. M, op. cit., h. 92-95
[29]R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta.2010), h. 28-29
                [30]Indien,“PengertianPembelajaranMatematika”,http://007indien.blogspot.com/2012/03/pengertian-belajar-matematika.html. diunduh 18/10/2012, h. 2
                [31]Ibid. h. 2
[32] Ditjen PMPTK, Strategi Pembelajaran MIPA, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2008), h. 11.
[34]Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta. 1995), h. 97
                [35]Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, op. cit., h.353.
                [36]Ibid. h. 354
[37]Situs Resmi Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, “Profesionalisme Guru”, http://tarbiyah-iainantasari.ac.id/artikel_detail.cfm?judul=146. Diunduh 15/12/2012.
                [38]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, op. cit., h. 355
                [39]Ibid.
                [40]Ibid.
                [41]Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta. 1997), h. 292
                [42]M. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2000), h. 93